“Mendaki ke puncak Mahameru bukan perjalanan alam, tapi perjalanan hati”. Demikian penuturan
Zafran, tokoh dalam film 5cm, yang menceritakan perjalanan bersejarah baginya serta keempat
sahabatnya, ke titik tertinggi di pulau Jawa. Puncak Mahameru, puncak dari gunung Semeru.
Zafran, Riani, Genta, Arial, dan Ian, adalah lima sahabat yang sudah saling mengenal selama 10 tahun.
Mereka berlima hampir selalu bersama-sama setiap waktu, menghabiskan setiap akhir pekan bersama-
sama. Riani yang menjadi satu-satunya sahabat wanita, bahkan hapal betul makanan apa yang disukai
sahabat-sahabatnya dengan sangat detail. Maka, setiap makan bersama di salah satu sudut jajanan
Jakarta, cukup Riani saja yang berurusan dengan sang pelayan.
Begitu eratnya persahabatan lima muda-mudi ibu kota yang berbeda karakter ini. Sampai Genta, sang
pemimpin lima sahabat ini, menuturkan, tidak memiliki teman yang lain, kecuali keempat temannya itu.
Ia lalu mengusulkan ide gila kepada sahabat-sahabatnya.
Sebuah ide untuk tidak saling bertemu, dan tidak saling berkomunikasi dalam bentuk apapun selama
tiga bulan. Ide ini muncul begitu saja dari bibir Genta. Karena, menurutnya, selama mereka bersahabat
tidak ada ambisi untuk menggapai impian. Mereka saling ketergantungan.
Tiga bulan pun diisi dengan kesibukan masing-masing dalam mengejar impian. Ada yang mengejar
karir, mengejar kelulusan studi, dan ada juga yang mengejar cinta. Bukan perkara mudah untuk tidak
saling berkomunikasi selama itu. Selalu ada kerinduan yang tak kunjung tersampaikan. Sampai akhirnya
mereka merayakan pertemuan mereka kembali, dengan melakukan sebuah perjalanan menuju puncak
tertinggi di pulau Jawa. Sebuah perjalanan yang sebelumnya dirahasiakan oleh Genta.
Keindahan Panorama Gunung Semeru
Petualangan pun baru dimulai, saat pertama kalinya dalam tiga bulan, mereka berkumpul kembali di
stasiun Senen. Ternyata mereka tidak hanya pergi berlima, Dinda, adik Arial, juga memaksa untuk ikut.
Mereka bereenam berangkat dari stasiun Senen menuju ke kota Malang, untuk kemudian memulai
pendakian ke gunung Semeru.
Pemandangan yang indah, bahkan sudah terlihat di tengah-tengah perjalanan menuju Malang. Rizal
Mantovani, sang sutradara yang mengadaptasi film dari novel yang berjudul sama ini, berhasil membuat
penonton terkagum-kagum. Lihat saja adegan ketika Zafran dan Dinda mencondongkan badan mereka
keluar gerbong kereta. Mereka berdua mencoba untuk merasakan hembusan angin, terpaan cahaya
mentari pagi, sambil melihat hamparan padang rumput yang luas.
Lalu adegan selanjutnya akan lebih banyak menangkap keindahan panorama di gunug Semeru. Salah
satunya, merekam keindahan sebuah danau berwarna hijau-kebiruan, di kawasan Ranakumbolo.
Beberapa kali sang sutradara juga mengambil angle kawasan gunung Semeru dari bagian atas. Sehingga
berkali-kali penonton dibuat takjub. Penonton dapat melihat dengan lebih luas rupa cantik, dari gunung
yang memiliki puncak yang paling tinggi di pualu Jawa ini.
Meskipun setiap sudut jalur pendakian menuju puncak Mahameru, menawarkan pemandangan alam
yang luar biasa. Gunung Semeru tetaplah menyimpan bahaya bagi para pendaki.
Gunung ini merupakan gunung yang masih aktif. Gas beracun bisa mengancam jiwa para pendaki. Abu
vulkanik pun membuat kelima sahabat ini sulit untuk bernafas dengan normal. Belum lagi suhu yang
membeku, mendekati puncak Mahameru saat dini hari. Arial bahkan sempat merasakan dinginnya suhu
puncak Mahameru, yang terasa seakan menusuk ke dalam tulang-tulangnya.
Selama perjalanan Genta selalu mengingatkan sahabat-sahabatnya untuk selalu jujur berkata, bila
memang sudah tidak kuat mendaki. Sebagai pemimpin, Genta selalu menanyakan bagaimana keadaan
para sahabatnya. Ia juga memberikan pengarahan apa yang mereka harus lakukan saat mendaki ke
puncak Mahameru. Ini begitu penting, karena mereka ingin bersama-sama berada di atas awan.
Cinta Alam, Cinta Indonesia
Adegan berlatar Puncak Mahameru, dengan ketinggiannya yang berada di atas awan, merupakan
adegan paling memikat dan juga mengharukan di film ini. Selama mata memandang, hamparan awan
terlihat seolah-olah bergerak layaknya samudera.
“Samudera di atas awan”, seperti digambarkan pada potongan lirik soundtrack 5cm. Lagu yang dibuat
oleh grup band Nidji ini benar-benar sejiwa dengan film, dan suasana di puncak Mahameru. Sebuah
komposisi musik yang mampu membantu penonton, untuk ikut merasakan suasana keindahan di salah
satu puncak gunung tertinggi di Indonesia.
Suasana haru dan membanggakan semakin terasa, ketika mereka berenam dan sekelompok pemuda
lainnya, mengibarkan Sang Saka Merah-Putih di atas puncak Mahameru. Adegan tersebut mengambil
setting yang bertepatan dengan tanggal 17 Agustus. Hari kemerdakaan bangsa Indonesia.
Satu-persatu dari enam sahabat ini, menuturkan kecintaannya terhadap para sahabatnya, dan juga
kepada Indonesia. Kekayaan alam yang telah dianugerahi oleh Tuhan, membuat keenam sahabat ini
semakin mencintai negerinya. Tidak peduli seperti apa pun kesemerawutan yang telah terjadi di negeri
ini. Mereka berjanji untuk terus mencintai dan menjaga kekayaan alam Indonesia.
5 cm, sebuah film drama-komedi dan petualangan, yang mengangkat citra kekayaan alam Indonesia.
Tanpa kisah petualangan ke salah satu puncak gunung terindah di Indonesia, film ini hanyalah sebuah
drama-komedi mengenai cinta dan persahabatan saja.
Namun, seperti penuturan Zafran. Petualangan dalam kisah ini, bukanlah petualangan yang menantang
adrenalin, demi melihat kebesaran sang Ilahi dari atas puncak gunung. Tapi petualangan ini, juga
perjalanan hati. Hati untuk mencintai persahabatan yang erat, dan hati yang mencintai negeri ini.
Segala rintangan dapat mereka hadapi, karena mereka memiliki impian. Impian yang ditaruh 5cm dari
depan kening.
zafran = @herjunot7ali
arial = @sumargodeni
genta = @fedigarasi
riani = @Ralineshah
dinda = @pevpearce
No comments:
Post a Comment